Selasa, 11 Juni 2013

Kurikulum 2013 Menanamkan Pendidikan Karakter

Bima, Bimakini.com.- Kurikulum tahun 2013 tidak lama lagi akan diterapkan. Muatan di dalamnya menekankan pada aspek pendidikan karakter. Nilai ini yang dinilai mulai memudar dan perlu ditumbuhkan kembali. Namun, untuk mewujudkan pendidikan bermutu, berkarakter, dan siswa  berbudi pekerti, maka guru perlu terus meningkatkan profesionalismenya.
Nah, menyongsong penerapan kurikulum 2013 itu, Pengurus Karang Taruna Kecamatan Madapangga, Sabtu (8/6) menggelar Seminar Pendidikan di aula SMAN 1 Madapangga.
Hadir dalam kegiatan itu Sekretaris Dinas Dikpora Kabupaten Bima, Drs. H. Hafidudin, SH, sebagai pembicara kunci, Drs. Arsyad HAR, M.Pd, Kabid Dikdas dan Kurikulum, dan Sofiyan Asy’ari, redaktur Harian Bimeks, sebagai narasumber.
Ketua Karang Taruna Madapangga, Syarifudin Maulana, S.Sos, mengatakan kegiatan ini sebagai bentuk sumbangsih dalam dunia pendidikan.
Terutama menyongsong penerapan Kurikulum 2013 yang menitik beratkan pada pendidikan karakter. “Untuk itu kami mengangkat tema kegiatan seminar pendidikan ini, membangun kualitas dan kompetensi guru dalam meningkatkan dan menerapkan pendidikan budi dan akhlak sebagai basis pembentukan karakter siswa,” katanya.
Pihaknya, menghadirkan dua narasumber, yakni dari Dinas Dikpora Kabupaten Bima dan kalangan media massa yang mencoba meneropong dari sisi luar. Pandangan media dibutuhkan agar memeroleh perspektif berbeda dan objektif.
“Kegiatan ini juga sebagai bentuk partisipasi kritis kami. Harapannya agar terbentuk karakter siswa. Antara guru dan murid bisa berekplorasi bersama dalam kegiatan belajar-mengajar,” ujarnya.
Sekretaris Camat Madapangga, Idham, SH, mengapresiasi kegiatan yang dilakukan Karang Taruna. Kegiatan ini diharapkan  berkontribusi besar bagi kemajuan pendidikan di Madapangga dan Bima umumnya.
“Kegiatan ini juga untuk memenuhi kehendak kurikulum pendidikan 2013, yakni pembentukan karakter siswa. Karakter itu sendiri sesuangguhnya bisa dibentuk,” ujarnya.
Pendidikan berkarakter, kata dia, akan melahirkan manusia didik yang berbudi dan berakhlak. Menjadi manusia masa depan, namun semuanya membutuhkan waktu dan proses. “Untuk itu pula, maka guru harus dapat memenuhi apa yang menjadi kewajibannya sebagai pendidik,” terangnya.
Dikatakannya, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat juga memengaruhi bagaimana karakter anak terbangun. Pribadi-pribadi yang ada di lingkungan harus bisa menjadi contoh bagi yang lainnya, terutama anak-anak. Jika pemberi warna dan perubahan tidak mencerminkan karakter positif, maka apa yang menjadi harapan.
Narasumber lainnya, Sofiyan Asy’ari, menilai bangsa ini seolah sudah kehilangan karakternya. Pejabat banyak yang terseret dalam jeratan kasus korupsi. Lebih dari 158 Kepala Daerah telah terjerat dalam lingkaran kejahatan ini. Bukan berkurang, namun justru kian bertambah, termasuk dilakukan oleh penegak hukum sendiri.
Pendidikan karakter menjadi penting, kata dia, agar melahirkan manusia Indonesia yang diharapkan. Menjunjung nilai-nilai kemuliaan yang ada dalam agama. Fondasi untuk membangun itu terdapat pada institusi pendidikan.
Namun, kata dia, justru  lembaga pendidikan juga terjebak dalam lingkaran masalah. Sebut saja, tentang deret kasus amoral melibatkan oknum di dunia pendidikan di Bima. Seperti beredarnya video porno yang melibatkan anak didik, belum lama juga oknum guru mencabuli anak didiknya.
“Pelaku pendidikan di sekolah, terutama guru harus mencerminkan sikap berkarakter. Karena tidak mungkin memaksakan anak untuk memiliki karakter, jika pendidik sendiri jauh dari hal itu,” katanya. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar